Kajian Ramadhan: SEMANGAT JIWA MILENIAL DALAM MERAIH KEISTIMEWAAN RAMADHAN
Disampaikan oleh Ustadz Suhairi Umar (Pendidik di Al Irsyad Al Islamiyah, Purwokerto).
Berbicara
tentang milenial berarti berbicara tentang masa depan suatu bangsa. Indonesia
menurut angka statistik memiliki 80 juta lebih anak milenial. Angka yang besar
dan potensial. 80 juta sama dengan 1/3 penduduk Indonesia. Jika yang sepertiga
ini baik, kreatif, inovatif maka sangat menentukan nasib bangsa ke depan. Dalam
pepatah arab dikatakan, "Pemuda hari ini pemimpin di masa akan
datang."
Maka
peran pemuda itu sangatlah besar dalam membentuk serta mewarnai peradaban suatu
bangsa. Dalam konteks agama masa pemuda sangatlah dihargai dan diagungkan.
Banyak ulama kita yang mencapai keluhuran budi, kekayaan, ketinggian ilmu di
masa mudanya. Imam syafi'i sudah menjadi mufti pada usia 15 tahun. Muhammad Al
Fatih menaklukkan konstantinopel pada usia 21 tahun. Usamah bin Zaid dipercaya
memimpin pasukan Islam padahal masih ada Abu bakar, Umar, Usman, Ali. Pada
intinya, masa muda adalah puncak kekuatan dan kemampuan seorang manusia menurut
Syekh Yusuf Al Qardawi.
Ketika
muda manusia bisa melakukan apa saja yang dia mau dan dia pikirkan. Berbeda
dengan masa tua yang hanya bisa menyesali umurnya yang telah lewat.
"Seandainya aku masih muda ... aku akan ….” Usia muda datang hanya sekali
dan jangan sampai di sia siakan. Masa ini tidak akan terulang. Ramadan bagi
anak milenial ada yang merasa senang dan ada pula yang merasa menjadi beban. Ia
merasa dibatasi gerakgeriknya. Matanya tidak sebebas sebelum puasa karena harus
menjaga pandangan. Begitu juga dengan telinga, mulut, dan perutnya. Pola tidur,
olahraga, kuliah, belajar, dan ibadah semuanya berubah. Kadang anak muda sering
terbawa dengan lingkungan dan mudah lalai dalam menjalani kehidupan. Bagaimana
caranya agar kita sukses di dalam Bulan Ramadan?
Pertama,
kenali kemampuan dan kekurangan kita. Kelebihan apa yang kita miliki dan tidak
dimiliki orang lain. Coba kita inventarisir kelebihan kita dalam sebuah kertas
kosong di sebelah kanan dan kekurangan kita di sebelah kiri. Tatap dengan mata
hati kita. Lalu syukuri dengan kelebihan, kekuatan yang diberikan Allah kepada
kita. Lalu minta kepada Allah untuk mengampuni kekurangan kita. Kelebihan
seperti iman, badan sehat, akal cerdas, teman banyak, lingkungan baik, bisa
mengaji, mampu melakukan hal baik. Kekurangan kita mungkin mudah putus asa,
pesimis, malas, sering membuang waktu percuma dan sebagainya yang membuat jiwa
milenial kita menjadi tidak produktif dan bahkan destruktif.
Kedua,
tentukan target kita di bulan suci ini. Tujuan hidup manusia adalah untuk
ibadah kepada Allah. Apakah setiap kata, langkah, dan perbuatan kita sebagai
bernilai ibadah? Target ibadah kita di bulan ini kita niatkan dalam hati dan
ucapkan dengan lisan lalu lakukan dengan penuh tanggungjawab. Misalnya,
"Saya akan khatam dua kali, tiga atau empat. Saya mau infak 1 hari seribu
atau berapapun. Saya akan tarawih setiap malam meskipun sambil duduk,” dan
seterusnya.
Ketiga,
sabar dalam mencapai target hidup kita. Setiap orang yang akan mencapai puncak
kesuksesan pasti memerlukan energi lebih, dan pengorbanan yang tidak sedikit.
Maka bersabarlah in syaa Allah dengan kesabaran dalam menghadapi ujian hidup
kita akan sampai pada puncak keberhasilan.
Keempat, minta taufiq dan
pertolongan Allah. Manusia makhluk yang lemah. Ia hanya bisa berencana dan
berusaha. Yang menentukan hasil akhir adalah Allah. Dalam segala hal kebaikan
mintalah untuk dimudahkan. Wallahu A'lam.
Sebagai
informasi, Kajian Ramadhan adalah kajian keislaman dalam kegiatan BERLIAN
(Berbagi Kemuliaan di Bulan Ramadhan) yang pada tahun ini dilakukan secara online setiap 10 hari sekali di bulan
Ramadhan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh GAMAIS (Keluarga Mahasiswa Islam)
Fakultas Pertanian UNSOED.
*Artikel ini
dinarasikan dari catatan notulensi Kajian Ramadhan ‘BERLIAN’ tanggal 03 Mei
2020.
MasyaaAllah. Mantaaappp
BalasHapus